Dari Salura Lahirlah Pelaut Handal

Fahrurrozi Zawawi

Perjalanan panjang penuh tantangan ditempuh anak-anak Salura demi bisa mengikuti Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2025. Menumpang kapal nelayan cumi-cumi, tidur di tepi pantai beralaskan dinginnya angin malam hingga menempuh sembilan jam perjalanan darat dengan truk, semuanya mereka jalani dengan sabar dan penuh semangat. Dari perjuangan inilah lahir keyakinan bahwa anak-anak Salura sedang ditempa menjadi “pelaut handal” yang siap menaklukkan samudera kehidupan.

Sabtu pagi (27/9/2025), saya bersama istri mengunjungi kos tempat anak-anak Madrasah Aliyah (MA) Safinatunnajah Salura menginap di Waingapu selama mengikuti OMI. Kami duduk bersama mereka, mendengar cerita perjalanan yang telah mereka tempuh, sekaligus memberi sedikit motivasi agar hati mereka tetap teguh.

Mereka bercerita bahwa keberangkatan dilakukan pada Kamis sore dengan menumpang kapal nelayan pencari cumi-cumi. Perjalanan laut dari Salura ke Katundu memakan waktu sekitar satu jam. Setibanya di Katundu, mereka berharap bisa bermalam di rumah orang Salura yang terletak di tepi pantai. Namun, rumah itu ternyata kosong karena penghuninya sedang pergi, sehingga malam itu mereka terpaksa tidur di luar rumah.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya tidur di luar rumah, tepat di tepi pantai. Angin malam pasti menusuk dingin, suara ombak terdengar bergemuruh dan tubuh hanya beralaskan tikar seadanya. Dalam kondisi demikian, mereka tetap bertahan dengan sabar, menunggu fajar menyingsing sebagai tanda perjalanan darat akan segera dimulai.

Keesokan harinya, selepas shalat Shubuh, mereka melanjutkan perjalanan dengan menumpang sebuah truk menuju Waingapu selama kurang lebih sembilan jam. Jalanan masih banyak yang rusak. Letih dan lelah tentu ada, tetapi semangat mereka lebih besar dari rasa penat. Akhirnya, dengan penuh syukur, mereka tiba di kos dengan selamat.

Saya kemudian menyampaikan bahwa perjalanan menuju prestasi tidak selalu mudah, tetapi justru di situlah makna perjuangan. Istri saya pun menguatkan mereka dengan mengatakan bahwa pelaut handal itu lahir dari tempaan ombak, angin dan badai yang dihadapinya saat melaut. Maka, orang-orang yang ditempa oleh kesulitan hidup sesungguhnya sedang dipersiapkan untuk menjadi pribadi-pribadi yang kuat. Dari sanalah lahir jiwa-jiwa besar yang tahan uji, tidak rapuh oleh keadaan dan siap menaklukkan samudera kehidupan.

Anak-anak itu mendengarkan dengan mata berbinar. Semoga kalimat sederhana ini menjadi bekal semangat mereka, bahwa setiap kesulitan bukanlah penghalang, melainkan jalan menuju ketangguhan.

Hari ini, pukul 10 pagi, mereka mulai menjalani simulasi di MA Waingapu sebagai persiapan lomba. Adapun jadwal resmi pertandingan mereka telah ditetapkan pada tanggal 2 Oktober mendatang.

Tetap semangat anak-anakku. Kesulitan yang kalian jalani hari ini adalah ombak yang sedang menempa jiwa, agar esok kalian berdiri sebagai pelaut handal yang siap mengarungi samudera kehidupan. Semoga Allah memudahkan langkah kalian, melapangkan hati kalian dan menganugerahkan hasil terbaik dalam perjuangan ini. 

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)