80 Tahun Indonesia Merdeka, Begini Kondisi Pendidikan SLTA di Pulau Salura NTT

SAMSUMBA.com - Di tengah gegap gempita peringatan 80 tahun Indonesia merdeka, masih ada potret buram pendidikan di pelosok negeri. Salah satunya datang dari ujung selatan Indonesia, tepatnya di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Safinatunnajah Salura. Madrasah itu merupakan satu-satunya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Pulau Salura, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kondisi madrasah tersebut sangat memprihatinkan. Misalnya fasilitas ruang kelas yang sangat terbatas dan bahkan ketiadaan ruang guru. Selama ini, para guru hanya bisa berteduh di bawah pohon kasambi di belakang madrasah saat menunggu giliran mengajar.

“Kami tidak punya ruang guru, jadi guru-guru hanya duduk-duduk di bawah pohon. Kalau musim hujan datang, kami sering kalang kabut cari tempat berteduh. Kadang sampai menumpang di rumah pondok milik warga yang kebunnya dekat madrasah,” kata Kepala MAS Safinatunnajah, Sri Hartati Saleh, S.Pd. saat dihubungi Samsumba.com, Jumat (1/8/2025).

Selain itu, ditambahkan bahwa kebutuhan dasar pendidikan seperti meja dan kursi pun masih jauh dari cukup. Akibatnya, hingga kini pihak madrasah masih harus meminjam kursi dari Posyandu setempat agar proses belajar-mengajar bisa berlangsung.

“Meja kursi masih kurang. Kursi yang kami pakai sehari-hari adalah pinjaman dari posyandu. Anak-anak tetap belajar dengan semangat, tapi kami sedih tidak bisa memberikan fasilitas yang layak,” ujarnya.

Lebih menyedihkan lagi, para guru mengajar tanpa buku cetak. Proses belajar masih sangat mengandalkan file PDF di ponsel pribadi, yang tentu saja terbatas dalam pemanfaatannya.

“Jangankan proyektor atau media pembelajaran digital, buku pegangan saja kami tidak punya. Guru-guru hanya bermodal HP dan file PDF. Itu pun sering kesulitan karena jaringan internet di Salura juga tidak selalu stabil,” terangnya.

Di tengah segala keterbatasan, harapan tetap menyala. Para guru dan masyarakat setempat berharap, di usia kemerdekaan Indonesia yang ke-80, ada perhatian nyata terhadap pendidikan di pulau-pulau kecil seperti Salura. Antara lain adalah sebuah ruang guru yang layak, setidaknya sebelum musim hujan kembali datang.

“Musim hujan tahun lalu benar-benar mengiris hati. Kami berharap tahun ini, sebelum hujan datang, sudah ada ruang guru agar kami bisa mengabdi dengan lebih tenang dan bermartabat,” pungkasnya penuh harap.

Harapan perempuan lulusan dari Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) Pancor Lombok itu tidak berlebihan. Dengan adanya ruang guru, tentu para guru bisa mempersiapkan bahan ajar dengan baik dan beristirahat dengan nyaman saat menunggu giliran mengajar berikutnya.

Pulau Salura merupakan salah satu pulau paling selatan di wilayah Negara Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia. Pulau itu hanya terdiri dari satu desa, namanya Desa Praisalura dan masuk wilayah Kecamatan Karera Kabupaten Sumba Timur.

Pulau yang dihuni sekitar 290 keluarga (KK) atau sekitar 800 jiwa dan 99 persen di antaranya memeluk agama Islam ini terkenal dengan keindahan alamnya. Pantainya putih memukau dan air lautnya bersih jernih karena tidak ada muara sungai atau hal lain yang mencemari laut di Pulau Salura. (fa)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)